Umum

Banyuwangi Lakukan Ekskavasi Situs Macan Putih Warisan Kerajaan Blambangan

305
×

Banyuwangi Lakukan Ekskavasi Situs Macan Putih Warisan Kerajaan Blambangan

Sebarkan artikel ini

POSTWARTA.COM – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan melakukan ekskavasi penyelamatan Situs Macan Putih di Kecamatan Kabat sebagai upaya melestarikan warisan sejarah Kerajaan Blambangan. Penggalian arkeologis ini menggandeng sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Sri Margana, yang sebelumnya terlibat dalam penelitian situs tersebut pada 2015.

Situs Macan Putih diyakini sebagai lokasi ibu kota Kerajaan Blambangan pada masa pemerintahan Prabu Tawang Alun II, sekitar tahun 1655–1691 Masehi. Namun sebagian kawasan situs kini telah berubah menjadi permukiman warga, sehingga diperlukan langkah penyelamatan agar peninggalan sejarahnya tidak semakin hilang.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyambut baik rencana ekskavasi tersebut. Menurutnya, pelestarian situs sejarah bukan hanya tentang menjaga benda purbakala, tetapi juga bagian dari upaya mempertahankan identitas masyarakat Banyuwangi.
“Kami tidak hanya ingin melestarikan benda bersejarah, tetapi juga menjaga memori kolektif masyarakat Banyuwangi. Situs Macan Putih merupakan salah satu jejak penting kejayaan Blambangan yang harus dilestarikan,” ujar Ipuk, Selasa (4/11/2025).

Ipuk berharap, hasil ekskavasi dapat membuka peluang pengembangan wisata edukatif di kawasan situs tersebut agar generasi muda lebih mengenal sejarah daerahnya.

Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo Wicaksono atau Yayan, menjelaskan ekskavasi dilakukan untuk mengidentifikasi ulang struktur situs serta menyiapkan langkah konservatif.
“Kami ingin meninjau kembali struktur yang telah ditemukan di Situs Macan Putih, sekaligus menyiapkan langkah konservasi agar keberadaan situs ini tetap terjaga,” ujarnya.

Yayan menambahkan, hasil ekskavasi nantinya akan disusun menjadi naskah akademik dan kajian budaya lengkap. Ia mengakui kondisi situs saat ini cukup mengkhawatirkan karena banyak bagian yang rusak atau hilang. Ekskavasi terakhir dilakukan pada 2015 dan belum pernah dilanjutkan.
“Output akhirnya berupa rekomendasi para ahli cagar budaya, termasuk arahan pembatasan kawasan hingga kemungkinan pemugaran situs. Jika tidak segera ditangani, peninggalan sejarah ini akan terus berkurang,” katanya.

READ  Bupati Ipuk Tantang Kadinkes Baru Banyuwangi Tekan Angka Kematian Ibu-Bayi, Stunting, dan TBC

Sebelumnya, penelitian tim arkeolog UGM pimpinan Dr. Sri Margana menemukan 13 titik penggalian dengan temuan berupa pondasi bangunan, tembok keliling istana, serta artefak abad ke-17 seperti gerabah, pecahan keramik, dan tulang.
“Kami menyiapkan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi situs penting dan menentukan langkah konservasi agar Situs Macan Putih tetap terjaga,” kata Sri Margana.

Selain penelitian lapangan, tim juga akan menelusuri arsip Belanda, toponimi, dan kesaksian masyarakat lokal untuk memperkuat data sejarah. Sri menilai langkah Pemkab Banyuwangi sudah tepat karena pelestarian situs bersejarah dapat memperkaya daya tarik wisata budaya daerah.
“Tujuan akhirnya, kami ingin menjadikan Macan Putih sebagai laboratorium sejarah sekaligus destinasi wisata edukatif. Banyuwangi memiliki narasi sejarah panjang, dan jika dapat direkonstruksi, akan menjadi daya tarik wisata budaya yang luar biasa,” ujarnya.

Untuk tahap awal, penelitian akan difokuskan di kawasan Macan Putih sebelum dikembangkan ke situs-situs lain di Banyuwangi. (AWB)