Olah RagaUmum

Usia Hampir Tujuh Dekade, Dwi Soetjipto Taklukkan Tanjakan Ekstrem Ijen KOM 2025 

362
×

Usia Hampir Tujuh Dekade, Dwi Soetjipto Taklukkan Tanjakan Ekstrem Ijen KOM 2025 

Sebarkan artikel ini
Dwi Soetjipto saat menaklukkan tanjakan Erek-erek Ijen

POSTWARTA.COM – Di usia yang mendekati tujuh dekade, semangat baja Dwi Soetjipto (69) sukses menaklukkan rute tanjakan ekstrem dalam ajang Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2025 pada Sabtu (27/9/2025). Pria kelahiran 1956 yang turun di kategori Man Age 60+ ini membuktikan bahwa usia hanyalah angka di hadapan tekad yang kuat.

Blue Fire Ijen KOM adalah seri pamungkas dari Trilogy Mainsepeda, salah satu ajang balap sepeda tanjakan paling bergengsi di Indonesia. Sebelumnya, Dwi Soetjipto telah berhasil menuntaskan Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM.

Jalur Terberat dengan Gradien Puncak 34 Persen
Mengendarai roadbike Bastion berbahan karbon dan titanium, Dwi Soetjipto sukses menyelesaikan event yang menempuh rute sejauh 86,9 kilometer. Jalur tersebut menyuguhkan tanjakan dengan kategori Hors Categorie (HC), gradien puncak hingga 34 persen, dan elevasi total 1.708 meter.

Dwi Soetjipto mengakui bahwa Ijen KOM 2025 adalah tantangan terbesar sepanjang perjalanannya dan merupakan “jalur terberat dari trilogi Mainsepeda.” Ia menyebut, gradien ekstrem ini tidak hanya menguji kekuatan fisik, tetapi juga ketahanan mental.

Untuk persiapan, ia berlatih sebulan penuh di Bogor dengan menanjak ke rute Kebo, Cipanas, hingga Puncak. Bahkan, menjelang hari perlombaan, ia bersama enam rekannya sempat menjajal jalur menuju Djawatan Banyuwangi sebagai pemanasan.

Konsistensi Melebihi Simbol Garis Finish
Meskipun tidak menargetkan podium, perjuangan Dwi berakhir manis. Ia berhasil menyentuh garis finish sekitar pukul 13.00 WIB, setengah jam sebelum batas waktu resmi yang ditentukan.

Pencapaian ini membuatnya meraih medali Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM, melengkapi dua medali seri sebelumnya yang bisa dirangkai menjadi piramida prestisius. Bagi Dwi, garis finish hanyalah simbol, sementara konsistensi dan semangat berbagi jauh lebih utama.

READ  Kominfo Jatim Tinjau Blank Spot di Teluk Biru, Nelayan Muncar Kini Nikmati Jaringan Lancar

“Usia memang handicap, tapi kalau keinginan sudah kuat, saya yakin bisa. Karena pada akhirnya, hidup ini bukan soal menang atau kalah, melainkan bagaimana kita tetap bergerak maju,” tegas Dwi.

Perjalanan bersepeda Dwi Soetjipto dimulai sejak 2005. Pada 2020, ia beralih ke roadbike dan konsisten berlatih tiga kali sepekan, dengan jarak rata-rata 60 kilometer per sesi. Ia juga mendirikan komunitas MOBCC – Mind Over Body Cycling Club, dengan filosofi bahwa kekuatan pikiran mampu menggerakkan tubuh. Kiprahnya bahkan sudah menembus ajang internasional seperti Gran Fondo New York (GFNY) Bali.

Bagi Dwi, bersepeda adalah cara untuk terus menulis ulang kisah hidup. Satu kilometer demi satu kilometer, ia membuktikan bahwa semangat bisa melampaui batas usia. (ICB)